Tuesday, November 28, 2006

hehehe

lagi mampir di SMU I Solo neh...
numpang ngenet gratis...
hehehe...
iseng banget, ra mutu blas...

Monday, October 09, 2006

BoSaN

Bosen aku!! Kalimat itu sudah sangat familiar di telinga kita dan mungkin juga sering kita ucapkan. Kebosanan terjadi ketika kita sudah jenuh dengan apa yang kita hadapi *ya emaang*. Namanya juga manusia. Susah untuk bersyukur. Diberi A minta B, Diberi B minta C, diberi C minta Z. Selalu aja ada alasannya. Biasanya semua itu hanya untuk menuruti kemauannya --sebenernya sih nafsunya--. Yah, manusia memang rakus, manusia memang tamak. Apalagi kalo pemikiran udah teracuni dengan otak kapitalis yang penginnya menang sendiri. Ingin selalu di atas tanpa mau melihat yang di bawahnya. Simpati dan empati seakan-akan sudah mati. Makanya kita harus waspada, kapitalisme dapat menyebabkan serangan tamak, individualis, dan gangguan anti-sosial dan rakus.

Kembali lagi ke masalah bosen, rasa ini sebenarnya dapat diusir. Tergantung gimana kita menyikapinya aja. Yang jelas, di balik sesuatu hal pasti ada hikmahnya. Ingat itu! Bisa jadi hikmah itu terlihat jelas, bisa jadi pula kita perlu mengernyitkan dahi serta memeras otak untuk mengetahuinya. Bagiku menghilangkan kebosanan bisa dengan membaca (terserah mau membaca apa, yang penting tidak mendatangkan kebosanan yang baru lagi, tilawatil quran keknya oke tuh), ngenet, ngegame, dan masih banyak nge-nge yang lain. Nah, kalo kamu gimana?

Wednesday, August 30, 2006

Thursday, July 20, 2006

akhir pekan?


Akhir pekan adalah waktu yang ditunggu-tunggu bagi semua semua orang. Ditunggu karena akan membebaskan dari rutinitas yang melelahkan. Waktu untuk melepas penat, bersantai, bercengkrama dengan orang-orang terkasih. Tetapi itu tidak berlaku bagi semua orang. Ada sebagian orang merasakan bahwa akhir pekan adalah waktu yang menyebalkan. Menyebalkan karena harus ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Kasihan banget tuh orang.

Sunday, June 18, 2006

B <> N


Hmmmmh....
Secara baru belajar komputer, terus terang aja aku ini masih blom bisa kalo mesti ngetik-sepuluh-jari dengan mata 100% nggak ngeliatin keyboard. Meski jari-jari ini udah bisa ngerasain di mana huruf A, S, D, F, L, K, J, H, de-el-el, tapi tetep aja mata ini masih sering nyolong-nyolong ngelirik si keyboard. Habisnya si keyboard juga diem aja kalo dilirik hehehe :D Jangankan cuma dilirik, dipencet-pencet aja mau hahaha... :D

Seperti saat ini, rasanya ada yang nggak enak. Dari tadi ngetiknya salah-salah mulu... Masalahnya ada yang usil --ato iseng?-- nukerin tuts di keyboard. Pas jari udah di atas keyboard, belom mencet aja udah ngerasa aneh. Seperti ada yang beda gitu. Tuts huruf B yang biasanya ada di sebelah kanan jari telunjuk kiri dan dipencet pake telunjuk kiri bergeser ke sebelahnya menggantikan posisi tuts N dan begitu sebaliknya.

Secara hanya satu 'eh dua yang berubah, tapi hal ini menyebabkan memori di otak agak-sedikit terganggu --tapi nggak usah khawatir, nggak parah koq--. Pas mo mencet yang laen juga ngerasa gimana gitu, yang ada di pikiran adalah tuts yang mo dipencet tuh dituker ama sebelahnya. Dan ini membekas begitu aja di otak. Seolah-olah udah di-set sedemikian rupa sehingga daripada yang mana tidak demikian.

Tapi meski gitu, masih ada cara untuk mengatasinya. Ketika mata banyak ngeliat di keyboard, ternyata kesalahan ngetik semakin banyak. Nah kalo intensitas ngelirik keyboard dikurangi dan --lebih-- menggunakan perasaan, maka kesalahan menjadi berkurang. Lah khan idealnya emang gitu to, kalo ngetik itu yang jangan ngeliatin keyboard aja to... Kalo ngetik materi yang diambil dari buku ya mestinya ngeliatin buku. Nah kalo materinya dari otak --bukan otak orang lain loh-- ya lebih enak lagi. Mata bisa langsung melotot terus ke monitor. Ato kalo mau ya sambil merem, sambil nonton tipi, ato sambil...an bulan sepuluh hari... :P

Yang jelas, ketika ada suatu hal yang berbeda dan tidak sesuai dengan yang biasanya kita lihat, kita dengar, ato kita rasakan, maka sesuatu itu akan nyantol di otak dengan sendirinya. Secara nggak pernah melakukan penelitian untuk masalah ini, aku nggak tau apakah ini cuma terjadi padaku ato emang semua orang juga merasakan hal yang sama...

Nah kalo kamu gimana?

Thursday, May 11, 2006

Akhirnya

Kadang melelahkan, kadang menjemukan, dan kadang menyenangkan...
Ketika memulai adalah sesuatu yang berat. Bagai sesuatu tanpa ujung.
Ketika menjalani terasa lelah. Bagai hidup terbelenggu.
Ketika semuanya berakhir. Bagai burung yang lepas dari kandang.

Lembar... lembur... lembar... lembur...


Aaah... akhirnya bisa menghirup nafas.

Saturday, May 06, 2006

Optimis

Sifat malas adalah musuh manusia. Tapi banyak yang tidak sadar dan malah menganggapnya sebagai teman. Dia hanyalah sebagai parasit dalam hidup kita. Mengambil sesuatu dari kita. Dan dia pun tidak main-main. Yang diambilnya itu tidak dapat kita minta kembali. Nah, apa yang diambilnya itu?

Sesuatu yang terus berjalan bahkan lari, sesuatu yang tidak bisa kembali, sesuatu yang tidak ada yang jual, sesuatu yang tidak bisa dibeli, sesuatu yang unik. Waktu. Itulah dia. Waktu tidak bisa kita buat. Dia tidak bisa kita perlambat atau percepat. Yang dapat kita lakukan adalah mengaturnya, maksudnya mengatur sebaik-baiknya.

Waktu bagi semua orang adalah sama. Sama-sama 24 jam. Tetapi dari 24 jam itu, dari tiap-tiap orang menghasilkan sesuatu yang berbeda-beda baik jenis maupun jumlahnya. Ada orang yang bisa melakukan berbagai hal dalam satu waktu, tetapi ada juga orang hanya dapat melakukan suatu hal dengan waktu yang lama. Secara obyektif memang manusia berbeda-beda. Tetapi apakah hanya dengan pernyataan seperti itu lantas 'mempertahankan' kondisinya. Tanpa mau berbuat lebih. Apakah hanya cukup dengan beranggapan bahwa "Itu khan dia, ini khan aku…". Dari situ dapat dilihat bahwa orang tersebut tidak mempunyai sifat optimis –saya mungkin termasuk jenis ini (Homo Sapiensraoptimistus)–.

Ada sebagian manusia yang tidak mau berubah –untuk menjadi lebih baik–. Dan biasanya yang menjadi penyebab adalah rasa malas tadi. Memang, malas menundukkan manusia dengan cara halus, tapi efektif. Malas seolah-olah 'menjanjikan' manusia sebagai 'raja'. Dia tinggal enak-enakan tanpa mau mengerjakan apa-apa. Ataupun jika mengerjakan sesuatu tidak dengan sungguh-sungguh. Menyinggung masalah efektif tadi, sepertinya ada satu sebagian lagi yang memilikinya dalam 'kamus amaliahnya'. Dia tidak ingin bermain-main dengan waktu. Karena waktu adalah pedang. Sekali salah dalam penggunaannya, efeknya luar biasa –ruginya–. Dia menggunakan waktu sebaik mungkin guna menghasilkan sesuatu –dan bahkan tidak hanya sesuatu– yang bermanfaat. Mungkin ini yang disebut efektif, memanfaatkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang luar biasa. Jadi, prinsip ekonomi diaplikasikan di sini. "Dengan modal waktu sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya". Tetapi yang harus diperhatikan dan diingat adalah kecenderungan manusia yang selalu ingin menuruti hawa nafsu –bukan syahwat aja–. Karena ada saja efek yang bisa timbul –jika tidak hati-hati– setelah menggunakan prinsip ekonomi tadi, yaitu adanya adanya prinsip "Semakin besar pendapatan semakin besar pula pengeluaran".

Menurutku yang ideal adalah orang yang termasuk golongan kedua tadi. Karena dia akan melihat kondisi sekarang untuk berbuat semaksimal mungkin (tajarrud), melihat ke depan untuk merencanakan sesuatu yang lebih baik dari hari ini, dan melihat ke belakan untuk mengambil pelajaran dari pengalaman agar mengambil yang terbaik dan tidak mengulangi kesalahan. Tanamkan optimisme dalam diri kita karena optimis akan menambah kekuatan kita. Semoga hari ini lebih baik daripada kemarin dan esok hari lebih baik dari sekarang. Wal ‘Iyadzubillah…

Sunday, March 12, 2006

Superman

Menjadi jagoan adalah menjadi impian --hampir-- setiap anak kecil. Pengin jadi BATMAN-lah, Ksatria Baja Hitam-lah, Superman-lah, Spiderman-lah, dan lah-lah yang lain. Memang mengasyikkan bermimpi menjadi orang yang selalu membela kebenaran menolong orang lain. Memang, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Tapi, misalnya udah mentok nggak bisa memberi manfaat kepada orang lain, ya minimal jangan menyusahkan ataupun menjadi beban bagi orang lain. Tapi ya semua itu tadi cuma sebatas mimpi. Mana mungkin kita menjadi Superman yang bisa terbang hanya dengan bajunya yang kekecilan, udah gitu terbalik lagi. Maksudnya --maaf-- celana dalam dipake di luar. Dari segi etika mungkin akan dianggap gila jika ada orang berpakaian seperti itu (berpakaian terbalik) di Indonesia. Dan ketika disangkut-pautkan dengan pornografi dan pornoaksi, maka bisa jadi hal tersebut akan masuk di dalamnya. Memakai pakaian ketat, terbalik lagi. Kalo aku jadi Superman, wah jadi mikir kalo mau beraksi. Ntar kalo pantatnya dientup tawon piye jal? Pake pakaiannya aja nggak pede, ntar malah diketawain musuh.. hehehe...
*heh, yg nggak ketawa berarti musuh...
musuh dalam selimut sama juga maling, mulut bau...
loh koq?*

Meski tidak pernah bercita-cita menjadi jagoan seperti Superman. --Kenapa Superman? Karena celananya terbalik *narsis mode on*-- Tapi anehnya, sekarang ini banyak sekali jagoan-jagoan yang muncul bagai Superman --meski celananya tidak terbalik--. Sebagai contoh seorang buruh ai-ti --sebut aja programmer-- di Indonesia kebanyakan menjadi seperti itu seperti yang dikatakan Wiwit Siswoutomo. Bekerja tak jemu-jemu, menanam jagung di kebun 'eh ngerjain dari hulu sampe hilir pembuatan aplikasi, mulai dari ngerancang sistem, ngerancang database, coding, testing, designing, documenting, dan ing-ing yang lain yang seharusnya dikerjakan oleh orang-orang dengan bagian tertentu harus dikerjakan secara serakah dan tamak oleh seseorang. Memang, perjuangan yang menjengkelkan mengasyikkan. Seolah-olah menjadi jagoan seperti Superman --yang celananya tidak terbalik-- tetapi dengan penghasilan super-minim *ngelus dada*.

Satu kata yang menjadi penghibur adalah sabar. Yah, dengan sabar akan mendinginkan kepala kita, dengan sabar akan lebih mengontrol perilaku kita. Sabar untuk melakukan sesuatu dan sabar untuk tidak melakukan sesuatu. Orang sabar kan disayang Tuhan. Yang tidak sabar berarti apa hayo? Berarti namanya emang bukan sabar, bisa jadi namanya Joko, Sitorus, ato Acong. Sabar... sabar... sabar... yah, bersabarlah karena kiamat sudah dekat... *nyambung nggak sih?*

Pokoknya jadilah diri sendiri, OK! Jangan jadi Superman karena kejahatan tidak hanya karena ada niat dari si pelaku, tetapi juga karena ada kesempatan.
Jadi, waspadalah... waspadalah.. waspadalah....

Friday, February 24, 2006

postinganku ilang

Mungkin nasib lagi sial kali yak...
Orang lagi enak-enak posting, udah nulis banyak, eee... tiba-tiba firefoxku nutup sendiri. Nggak tau nih kenapa... Mungkin karena tulisanku terlalu bagus sekali, sehingga untuk menghindari kejadian yang tidak-tidak --artinya jauh sekali untuk menjadi mungkin-- seperti banyak fans yang nyerbu minta tanda tangan, minta foto bareng, minta tonjok, minta digebug, ato malah minta traktor 'eh traktir. Dasar peminta-minta!! Ingat!! Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Nah loe... hehehe :D

Padahal tadi udah nulis lumayan banyak. Sekarang jadi ilang mood buat nulis lagi, nulis apa yang tadi udah aku tulis. Mending lihat ini aja daripada stress, OK!

Friday, January 06, 2006

Ideal?

Sering kita merasa kecewa. Kekecewaan datang ketika apa yang kita dapatkan tidak sesuai dengan keinginan kita. Namun kita juga terkadang tidak mau tahu apakah apa yang kita dapatkan itu benar-benar tidak sesuai dengan yang seharusnya kita terima atau memang keinginan kita saja yang terlalu 'manja' dan mungkin berlebihan.

Jika kita selalu berpikiran dan selalu berharap bahwa apa yang akan kita terima adalah sesuai dengan seperti apa yang kita inginkan, maka kekecewaan akan senantiasa --datang-- bersamanya. Yah, ketika kita menuntut sesuatu yang 'ideal' --menurut standar kita-- maka belum tentu yang kita terima adalah sesuatu yang 'ideal'. Tenang aja... aku kadang-kadang bukan orang yang idealis koq :p *PLAK*

Nah, artinya kita jangan selalu berpikir mengenai apa yang seharusnya kita terima, tetapi berpikirlah mengenai apa yang ada. Dengan 'apa yang ada' itu nantinya --diharapkan-- kita akan buat --minimal mendekati-- sesuatu yang 'ideal' menurut kita. Karena ya seperti tadi, kalo sesuatu yang kita dapatkan tidak sesuai dengan keinginan kita, maka kekecewaanlah yang akan kita terima. Percaya deh, yang namanya kecewa itu nggak enak. Intinya kita mesti terus berusaha, berusaha, dan berjuang.

Ngngng... definisi ideal itu sendiri sebenernya apaan sih?