Thursday, December 06, 2007

Jump Out Of The Box

Pagi ini aku ke Salatiga. Ada urusan kerjaan di STIE AMA. Dalam perjalanan tadi aku duduk bersebelahan dengan seorang penumpang yang hendak pergi ke Cirebon. Namanya Pak Arifin. Mengobrol dengan beliau membuatku menutup Laskar Pelangi yang sengaja aku baca untuk menemani perjalanan. Laskar Pelangi, sebuah novel karya Andrea Hirata yang membuat pembacanya menangis, tersenyum, tertawa, mengernyitkan dahi, dan beragam ekspresi lainnya. Merupakan tetralogi novel yang fenomenal saat ini. Bercerita tentang masa kecil anggota Laskar Pelangi yang dengan berbagai keterbatasannya tak menyurutkan semangat dan bahkan semakin memacu untuk mencapai cita-cita mereka. Sebuah Novel penggugah jiwa juga. Kritik sosial sekaligus hiburan yang mengenyangkan. Membaca lembar demi lembar membuat semakin penasaran dan penasaran. Ada si jenius Lintang, kuli kopra yang dengan begitu semangat menuntut ilmu di sekolah meski harus menempuh perjalanan 80 km setiap harinya. Baginya menuntut ilmu bukan sekedar wajib, melainkan menjadi hiburan pelepas penatnya menjadi kuli kopra. Ada juga si eksentrik Mahar yang nyeni dan tak jarang dilecehkan teman-temannya karena ide-ide gilanya yang terkadang jauh dari nalar. Dan salah satu ide gilanya sempat mengangkat nama sekolah miskinnya pada waktu karnaval 17-an. Mengalahkan sekolah borju favorit yang langganan menjadi juara. Jika ingin mengetahui kisahnya, baca aja sendiri hehehe... :D

Kembali ke pasangan dudukku tadi, sebenarnya ada bus dari Solo ke Cirebon langsung, tetapi sengaja beliau naik bus patas Solo - Semarang dan turun di Semarang. Rencana mau oper bus Patas lagi dari Semarang. Beliau ke Cirebon dalam rangka menemui koleganya. Beliau menjalankan usaha di bidang distribusi jamu yang dimulainya sejak 8 bulan. Seorang TDA rupanya meski beliau sendiri belum tahu istilah itu. Jamunya dikemas dalam botol yang diambilnya dari Banyuwangi. Pernah ada kejadian menarik yang terjadi. Suatu hari beliau pernah kena tilang gara-gara dicurigai membawa minuman keras dalam sebuah operasi miras di daerah dekat Alas Roban. Sudah dijelaskan tetapi polisi tetap tidak mau percaya. Akhirnya beliaupun meminta polisi-polisi untuk mencoba jamunya. Ternyata ada salah satu polisi yang pernah mengkonsumsi jamunya dan dia masih ingat betul rasanya. Langsung saja dia bilang bahwa itu benar-benar jamu. Hehehe...

Akhirnya kebersamaan dalam perjalanan itu pun habis dengan obrolan-obrolan mengenai pekerjaan, bisnis, sedikit menyinggung politik, dan dipadukan dengan sedikit bumbu religi. Banyak pelajaran yang saya peroleh dari beliau untuk mengawali padi ini. Belajar tidak harus formal. Belajar tidak harus mahal. Seperti dalam Laskar Pelangi tadi, keterbatasan tak dapat membendung keinginan untuk belajar dan maju. Keterbatasan adalah peluang. Peluang untuk berpikir kreatif. Jump out of the box. Perjalanan terasa begitu cepat dan bus sudah sampai di Kauman, Salatiga. Saya harus turun. Yah, kembali bekerja...


~ Pagi yang cerah di sebuah warnet di Salatiga sambil menunggu kiriman e-mail.

Monday, December 03, 2007

Saya Resign!!!

Susah rasanya bagi saya untuk mengucapkan dua kata yang insyaAllah akan mengubah nasib. Kata-kata yang mungkin bagi sebagian --atau banyak-- orang sangatlah dihindari. Saya resign!. Yah, Sabtu kemarin saya secara tidak formal mengungkapkan uneg-uneg itu sehabis pulang dari kantor. Dan hari ini, secara agak formal, saya pertegas lagi bahwa saya benar-benar mau resign. Mungkin sudah biasa bagi pihak perusahaan yang akan ditinggal pergi oleh karyawannya akan bertanya apakah ada masalah bekerja di sini. Dengan senyum saya pun menjawab bahwa suasana di tempat saya bekerja menyenangkan, sangat menyenangkan bahkan. Rasa kekeluargaan yang tercipta. Saya yakin sangat berbeda dengan seseorang bekerja di pabrik semacam garmen, pabrik plastik, pabrik sandal, dan lain sebagainya. Perusahaan saya tempat bernaung memang sedang berkembang lumayan pesat. Klien semakin banyak. Fasilitas yang bagi saya lebih dari cukup.

Tetapi bagaimanapun juga, saya tidak dapat membohongi diri sendiri. Saya ingin lepas, saya ingin bebas. Sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan yang saya rencanakan. Saya merencanakan dalam waktu lima dua sampai lima tahun ke depan aku ingin menjadi amphibi. Tidak full TDB seperti sekarang ini. Baru dua sampai lima tahun ke depannya beralih lagi menjadi full TDA. Saya pikir juga terlalu lama memang. Tetapi inilah skenario Allah, saya tidak tahu mengapa keinginan untuk segera menjadi full TDA menjadi-jadi dan semakin hari kian menguat. Ingin segera lepas dari perlombaan tikus ini. Dan peralihan dari full TDB menjadi full TDA pun tidak melewati jalan amphibi. Saya memilih mengambil jalur tol untuk menjadi full TDA langsung.

Perasaan saya setelah mengutarakan maksud untuk resign tadi mebuat saya begitu lega, sangat lega rasanya dada ini. Rasanya melebihi kelegaan di waktu saya dinyatakan lulus kuliah. Yah semoga saya diberikan ketetapan dan kekuatan untuk memulai sesuatu yang baru. Mohon doanya bagi rekan-rekan semua dan juga bimbingannya baik yang masih TDB, amphibi, apalagi yang sudah full TDA. Sedikit info, insyaAllah saya akan menjalankan bisnis di bidang IT sebagaimana latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja saya selama ini. Terima kasih semuanya atas segala inspirasi, semangat, semangat, dan semangat yang senantiasa digelorakan untuk mejadi full TDA. Yah, hanya sedikit memang karena saya belum berani untuk bercerita muluk-muluk untuk sesuatu yang belum saya lakukan. Semuanya masih dalam proses. InsyaAllah...

Salam FUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUNtastic!
Lebih panjang khan dari punya Pak Roni... hehehe... :D