Wednesday, June 10, 2009

Set Top Box

Tak bisa dihindari, teknologi akan terus selalu berkembang. Jika masa-masa revolusi industri kita mengenal mekanisasi yang menggantikan tenaga manual manusia dengan mesin-mesin yang menjadi pegawai di pabrik-pabrik. Sangat dirasakan memang, biaya operasional lebih dapat ditekan dan produk yang dihasilkan jauh lebih banyak. Pemodal tentu sangat senang. Yah, kapitalis. Dampaknya banyak sekali sumber daya manusia yang tak terpakai. Maaf, saya tidak akan membahas lib atau neolib. Sekali lagi, teknologi terus berlari. Dan sekarang -sadar atau tidak- sudah banyak sekali pergeseran yang ada. Yah, pergeseran dari yang tadinya mekanisasi sekarang berubah menjadi digitalisasi. Bahkan piranti-piranti yang dulunya tidak ada, sekarang bahkan menjadi piranti wajib yang harus dibawa. OK lah, hal itu tidak masalah bagi saya. Sepanjang hal itu memberi kemanfaatan bagi kita semua dan mungkin akan sangat meningkatkan produktifitas kita.

Berbicara mengenai manfaat, kita sudah sering mendengar istilah teknologi tepat guna. Dalam wikipedia disebutkan
teknologi tepat guna adalah teknologi yang cocok dengan kebutuhan masyarakat sehingga bisa dimanfaatkan. Biasanya dipakai sebagai istilah untuk teknologi yang tidak terlalu mahal, tidak perlu perawatan yang rumit, dan penggunaannya ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi.
Sekarang kita coba lihat satu kasus, ketika -seperti yang sudah saya sampaikan- pergeseran menuju digitalisasi adalah memang sudah saatnya, hampir seluruh bagian akan tersentuh. Misalnya saja televisi. Kita tahu kondisi pertelevisian Indonesia bukan? Program-program yang disajikan masih didominasi oleh sinetron yang bagi saya -mungkin Anda juga- sebagai upaya pembodohan masyarakat. Stupidity Rapid Mass Programme mungkin hehehe... :D



Nah sekarang mulai dibahas mengenai Set Top Box di mana Indonesia harus menambah hutang untuk masalah ini. Bener ga sih? Alasannya sih bolehlah, untuk masyarakat di pelosok dan perbatasan. Yah, biar yang di perbatasan tahu dan kenal dengan Rupiah. Jadi ingat tayangan di televisi dulu yang bikin miris dengan titel "Maaf Bung, Rupiah Tidak Laku Di Sini". Sekalian juga biar yang di perbatasan tidak bingung tentang tempat mencari ikan mereka itu di wilayah negara mana hehehe... :D Tapi sekali lagi, mengenai teknologi tepat guna tadi. Apakah yakin hasil yang diperoleh tidak mubadzir? Jangan-jangan hanya untuk sinetron -lagi-. Saya sih bukannya orang yang tidak mau adanya perubahan dan antipati terhadap perkembangan teknologi. Justru jika perubahan itu dapat membawa ke arah yang lebih baik, maka jalan itu harus ditempuh asal tidak nabrak pagar loh ya... Saya hanya berharap semoga masyarakat Indonesia semakin cerdas dan maju yang dapat memanfaatkan teknologi untuk peningkatan produktifitas dan kompetensi. Bukannya hanya menjadi korban teknologi yang 'mbebek' saja. Adakah? Ada. Contoh saja anak-anak sekarang sudah pinter main ponsel, komputer, internet, facebook-an, dll. Pulsa? Masih minta orang tua dong. Ini bukan berarti saya anti facebook loh, alhamdulillah, justru itu membantu bisnis saya juga. Tadi malam -sudah ngantuk sebenarnya dan membaca pesannya pun agak-agak kurang sadar, tapi bukannya gila loh- ada yang order untuk pagi ini. OK, you help me facebook. Eh, lha koq jadi ngelantur begini. Apa karena sudah lama tidak menulis kali ya? :D

No comments: